Pages

Kamis, 25 Desember 2014

Perang Rusia-Jepang dan Pengaruhnya di Kawasan Asia





Oleh    :  Byoma Ganendra

Perang Rusia Jepang merupakan salah satu fenomena sejarah yang penting di wilayah Asia. Bagi bangsa Asia, perang Rusia-Jepang merupakan titik awal dari kebangkitan bangsa-bangsa di Asia melawan dominasi Kolonialis Barat yang sudah berkuasa di Asia sejak era Kolonialisme. Jepang yang keluar sebagai pemenang perang dianggap sebagai negara yang telah membangkitkan kembali rasa percaya diri dan harga diri bangsa Asia untuk bangkit dan melawan sekuat tenaga agar dapat mengusir pengaruh Barat dari bumi Asia.
Perang Rusia Jepang terjadi antara tahun 1904-1905 merupakan pertempuran besar-besaran antara kekuatan lama yang diwakili oleh Kekaisaran Rusia dan kekuatan baru yang diwakili oleh Kekaisaran Jepang. Perang tersebut terjadi karena adanya pergesekan antara dua kekuatan tersebut terkait kepentingan untuk memperlebar pengaruh di kawasan Asia Timur.
Kekaisaran Rusia merupakan salah satu kekuatan besar di Eropa yang sedang berusaha melebarkan sayapnya ke kawasan Timur Jauh. Perluasan pengaruh Rusia ke Timur Jauh juga didorong oleh   "Politik Air Hangat dimana Rusia berusaha untuk mencari wilayah yang perairannya tidak membeku di musim dingin sebagai basis kekuatan lautnya. Hal ini dikarenakan cuaca ekstrem di Rusia memungkinkan setiap perairan di wilayahnya membeku selama musim dingin. Industrialisasi dan modernisasi Rusia semasa pemerintahan Tsar Peter I Yang Agung telah berhasil membawa Rusia menjadi negara yang kuat sehingga Rusia merasa mampu merealisasikan keinginannya tersebut dan terjun ke dalam persaingan kolonialisme dengan negara-negara Barat lainnya di Timur Jauh.
Sementara itu di Asia kekuatan baru sedang bertumbuh dengan pesatnya. Kekaisaran Jepang yang awalnya merupakan negara tertutup pada masa keshogunan Tokugawa telah menjelma menjadi negara industri yang kuat dan moderen sebagai akibat dari Restorasi Meiji. Pembangunan industri yang pesat di Jepang diikuti dengan pertumbuhan militernya yang pesat. Jepang menjadi salah satu pemain baru dalam kancah percaturan politik di Timur Jauh sekitar abad ke-19 dan ke-20. Pengaruh Jepang di kawasan Asia Timur juga semakin menguat seiring dengan melemahnya kekuatan Kekaisaran China yang sudah keropos. Jepang berhasil memenangkan perang melawan China (Perang Sino-Jepang I) dan mendapatkan Korea, Semenanjung Liaodong, Pesdacores, Port Arthur  dan pulau Formosa (Taiwan). Dengan demikian kekuatan Jepang semakin besar dan pengaruhnya semakin kuat di kawasan Asia.
Awal dari pergesekan kepentingan antara Rusia dan Jepang sebenarnya dimulai sejak kemenangan Jepang dalam Perang Sino Jepang I. Perjanjian Shimosenki yang mengakhiri perang tersebut membuat Jepang berhasil menguasai daerah-daerah kekuasaan/jajahan Kekaisaran China seperti Korea, Pesdacores, Semenanjung Liaodong , Port Arthur dan Formosa (Taiwan). Dengan menancapnya pengaruh Jepang di daratan Asia Timur artinya mengacam kepentingan Rusia di kawasan tersebut.  Perancis dan Jerman melalui intervensi tiga negara pada 23 April 1895, bersama Rusia kemudian berusaha menangkal pengaruh Jepang dengan menekan Jepang untuk mundur dari Port Arthur. Rusia sendiri diam-diam lalu membicarakan perjanjian penyewaan pangkalan Angkatan Laut dengan Kekaisaran China selama 25 tahun termasuk Port Arthur. Tindakan tersebut lalu disusul dengan pendudukan pasukan Rusia atas wilayah Manchuria dan mengancam Korea. Tindakan Rusia ini sebenarnya membuat geram Jepang, sebab bagaimana pun juga Rusia tampak jelas tidak menghormati hasil perjanjian Shimosenki antara China dan Jepang dan wilayah-wilayah yang diklaim Rusia tersebut seharusnya merupakan wilayah pengaruh Jepang yang didapat Jepang dengan susah payah setelah berperang melawan Dinasti Qing (China). Namun segeram-geramnya Jepang, Jepang memutuskan untuk mundur terlebih dahulu mengingat kekuatan Rusia saat itu cukup besar dan Jepang menolak untuk bertindak gegabah. Namun mundurnya Jepang bukan berarti Jepang menyerah begitu saja terhadap superioritas kekuatan Rusia, Jepang justru menyusun taktik baru untuk mampu merebut kembali wilayah-wilayah pengaruhnya di daratan Asia Timur tersebut.
Strategi baru yang kemudian ditempuh Jepang untuk mengembalikan pengaruhnya atas dataran Asia Timur adalah melalui jalur diplomasi. Jepang berusaha untuk mendekati baik negara rivalnya (Rusia) maupun negara-negara diluar itu seperti Inggris dan Kekaisaran China. Dengan Rusia, Jepang berusaha untuk mendapatkan pengakuan Rusia atas kepentingan Jepang di kawasan Asia Timur. Jepang juga meminta agar Rusia tidak mengancam Korea dan angkat kaki dari wilayah Manchuria (wilayah yang seharusnya dikuasai Jepang setelah kemenangan Jepang dalam perang Sino Jepang I). Rusia sendiri bersikeras untuk tetap mempertahankan ekstitensinya di kawasan Asia Timur dan menolak permintaan Jepang. Bahkan Rusia tetap bersikeras bahwa Jepang tidak akan dapat bebas menancapkan pengaruhnya di Asia Timur terutama di wilayah Korea. Perundingan antara Jepang dan Rusia tersebut menemui jalan buntu yang kelak menjadi titik awal peperangan antara kedua negara. Selain Rusia, Jepang juga mendekati Inggris. Belajar dari pengalaman intervensi tiga negara yang membuat Jepang kehilangan pengaruh yang baru didapatkannya di daratan Asia Timur, Jepang berpikir bahwa untuk menang maka diperlukan dukungan atau sekutu yang kuat. Inggris bagi Jepang merupakan pilihan yang tepat karena Inggris juga memiliki kedudukan yang kuat di China maka Jepang membutuhkan Inggris untuk melindungi kepentingannya di kawasan Asia Timur khususnya di Korea dan Manchuria yang diperebutkan dengan Rusia. Pada tanggal 30 Januari terbentuklah Aliansi Jepang-Inggris yang ditandatangani oleh Hayasi Tadasu (Duta besar Jepang untuk Inggris) dan Landsdown (Sekertaris Menlu Inggris) di London. Isi dari perjanjian tersebut adalah sebagai berikut :

Pasal I
Jepang dan Inggris mengakui kedaulatan Korea dan China. Jepang mengakui kepentingan politik, ekonomi, dan industri Inggris di China dan sebaliknya Inggris mengakui kepentingan politik, ekonomi, dan industri Jepang di Korea. Kedua negara boleh mengambil langkah yang diperlukan untuk melindungi kepentingannya dari ancaman negara lain maupun gangguan dalam negeri.
Pasal II
Jika salah satu dari Inggris atau Jepang terlibat perang dengan negara negara lain, maka negara yang lain (Jepang atau Inggris) akan bersikap netral.
Pasal III
Jika salah satu negara menghadapi lawan lebih dari satu, maka negara yang lain akan memberikan bantuan.
Pasal IV
Inggris dan Jepang tidak akan melakukan kesepakatan dengan negara lain yang akan merugikan kesepakatan ini.
Pasal V
Jika dalam pendapat antara Jepang dan Inggris kepentingan yang telah dijelaskan tersebut berada dalam bahaya, maka kedua pemerintahan akan melakukan perundingan.
Pasal VI
Perjanjian tersebut berlaku secepatnya setelah penandatanganan dan akan berlaku sampai lima tahun sejak penandatanganan

Dengan perjanjian tersebut Jepang sudah merasa aman untuk membuat langkah baru dengan dukungan kuat dari pihak Inggris. Selain Inggris, Jepang juga berdiplomasi dengan Kekaisaran China yang menjadi musuhnya dalam perang sebelumnya. Pengaruh China dirasakan oleh Jepang sangat penting dalam upaya menghancurkan kekuatan Rusia di kawasan Asia Timur, sebab Jepang melihat China akan memberikan keuntungan besar dari segi geografis, logistik bahkan bantuan militer untuk menghadapi Rusia, karenanya Jepang berusaha untuk menarik China ke pihaknya. Namun China menolak tawaran Jepang. China merasa bahwa dengan memihak Jepang, maka China akan terancam sebab Rusia telah menancapkan kekuatannya di Manchuria yang jelas juga mengancam posisi China. Mengetahui penolakan China,
Jepang kemudian mengambil langkah kedua yaitu mengusahakan agar China bersikap netral jika pecah perang antara Rusia dan Jepang. Bantuan China terhadap Rusia akan menghambat kemenangan Jepang, apalagi Rusia yang pernah membantu China dalam menangkal pengaruh Jepang di kawasan Asia Timur, dikahwatirkan China juga akan bersimpati kepada Rusia. Jika sampai Jepang terlibat perang lagi dengan China maka Jepang tidak hanya menghadapi aliansi Rusia- China namun juga seluruh negara-negara Eropa yang memiliki kepentingan di wilayah China. Namun China pada akhirnya meyakinkan Jepang bahwa pihaknya akan mengambil posisi netral dalam perseteruan antara Rusia dan Jepang. Sikap China tersebut membuat Jepang lega dan melapangkan usaha Jepang untuk menghadapi Rusia.
Selain dengan China, Jepang juga melihat Korea sebagai wilayah yang berpotensi tinggi untuk mendukung kemenangannya melawan Rusia. Korea sebelumnya adalah wilayah jajahan China yang kemudian direbut Jepang setelah Jepang mengalahkan China dalam Perang Sino-Jepang I namun karena adanya intervensi tiga negara, maka Jepang melepaskan pengaruhnya atas Korea. Kini Jepang berencana untuk menjadikan Korea sebagai basis pergerakan militernya untuk menghadapi Rusia. Korea kemudian menjadi salah satu basis utama Jepang untuk menggempur Rusia dalam Perang Rusia-Jepang.
Langkah-langkah yang diambil Jepang tersebut telah mengamankan posisi Jepang dalam perseteruannya dengan Rusia. Perundingan-perundingan yang gagal antara Jepang dan Rusia membuat Jepang berpikir bahwa tidak ada jalan lain selain berperang dengan pihak Rusia. Jepang mulai mempersiapkan kekuatannya. Aliansi dengan Inggris dan kenetralan China menjadi jaminan bagi Jepang untuk dapat langsung menusuk Rusia tanpa adanya halangan lagi. Pada tanggal 6 Februari 1904, Jepang menyerbu pangkalan Angkatan Laut Rusia di Port Atrhur dan menandai pecahnya Perang Rusia Jepang (Perang Ruso-Jepang). Serangan awal Jepang ke Port Arthur menciptakan suatu kurungan terhadap Armada Timur Jauh Rusia yang berpangkalan di Port Arthur. Untuk mempercepat kemenangan, Jepang memutuskan untuk membawa pertempuran ke daratan. Pada tanggal 13 April 1904 pasukan Jepang mendarat di Icheon Korea dan kemudian menguasai seluruh Korea untuk bersiap-siap melakukan penyerbuan ke wilayah Manchuria yang diduduki oleh Rusia. Rusia lalu mendatangkan balabantuan melalui jalur kereta api Trans-Siberia untuk memperkuat posisinya di Manchuria. Pada tanggal 1 Mei 1904 pasukan Jepang menyerbu posisi pasukan Rusia di Sungai Yalu, Manchuria. Jepang tidak mendapat perlawanan yang berarti dalam pertempuran di sungai Yalu dan sukses memukul mundur pasukan Rusia, namun dalam pertempuran Nanshan pada tanggal 25 Mein 1904 pasukan Rusia mampu menahan laju pasukan Jepang.  Meski demikian, Rusia tetap tidak mampu membendung arus pergerakan pasukan Jepang yang semakin membanjiri wilayah Manchuria. Port Arthur sendiri akhirnya jatuh ke tangan Jepang pada tanggal 2 Januari 1905. Dengan jatuhnya Port Arthur, Rusia kini hanya bisa berharap akan datangnya bala bantuan dari Armada Baltik yang sedang dalam perjalanan untuk menggempur posisi Jepang yang semakin menguat di wilayah Manchuria. Namun harapan tersebut sirna setelah Armada Baltik yang merupakan armada kebanggaan Kekaisaran Rusia dihancurkan oleh Jepang dalam Pertempuran di Selat Tsushima. Kehancuran armada Baltik ini memberikan kesempatan besar bagi Jepang untuk terus menusuk ke wilayah Manchuria dan menghancurkan kekuatan Rusia yang tersisa. Jepang bahkan sukses menguasai wilayah Rusia di kepulauan Sakhalin Selatan. Sedikit demi sedikit pengaruh Rusia semakin terkikis dan akhirnya peperangan diakhiri pada tahun 1905 melalui perundingan antara Rusia dan Jepang di Portsmouth, New Hampshire (Perjanjian Portsmouth). Dalam perjanjian Portsmouth tersebut Jepang berhasil mendapatkan kembali wilayah pengaruhnya yang hilang setelah peristiwa intervensi tiga negara mencakup semenanjung Liaodong dan Kepulauan Sakhalin. Posisi Jepang di Korea juga berhasil diamankan dan ancaman Rusia dari arah Manchuria berhasil disingkirkan. Walau dalam perjanjian ini, Rusia menolak dikatakan sebagai pihak yang kalah, namun faktanya Rusia telah kalah. Pasukan Rusia dan Armada Baltiknya telah dihancurkan oleh kekuatan Jepang dan dalam perjanjian Portsmouth Rusia telah kehilangan wilayah-wilayah pengaruhnya di Asia Timur kepada Jepang.
Kekalahan Rusia dalam perang Rusia Jepang menjadi titik awal keruntuhan Imperium Rusia dan berakhirnya dominasi Kekaisaran Rusia atas wilayah Timur Jauh. Sebaliknya Jepang menjelma menjadi kekuatan besar setelah berhasil mengalahkan Rusia. Jepang berhasil mendapatkan kembali wilayah pengaruhnya dan menancapkan dengan kuat pengaruhnya di kawasan Asia Timur. Bagi bangsa Asia umumnya, kemenangan Jepang atas Rusia menandai awal dari kebangkitan bangsa Asia melawan dominasi Barat di kawasan Timur Jauh. Barat selama ini selalu digambarkan sebagai kekuatan besar yang tidak tertandingi namun mitos tersebut berhasil diruntuhkan dengan kemenangan besar Jepang dalam perang melawan Rusia.
Kepercayaan diri bangsa Asia mulai tumbuh dan semangat untuk melawan dominasi Barat di tanah Asia semakin meningkat termasuk di Indonesia yang saat itu masih dijajah Belanda. Di mata Kolonialis Barat bangkitnya kekuatan Jepang sekaligus merupakan ancaman bagi kekuasaan kolonial mereka di Timur Jauh. Kekalahan Rusia dalam peperangan melawan Jepang membuat bangsa Barat harus memperhitungkan Jepang sebagai salah satu kekuatan besar di dunia yang mampu mendominasi kawasan Timur Jauh sehingga mereka (pihak Barat) berusaha melakukan berbagai macam cara untuk membendung pengaruh Jepang yang semakin meluas.

Sumber:
Analisis pribadi mengacu dari beberapa sumber

Rabu, 24 Desember 2014

Wanita di Dalam Pandangan Nasional-Sosialisme/Fasisme

Poster-poster Jerman yang menggambarkan bagaimana karakteristik seorang Wanita/Ibu seharusnya.


Wanita-wanita pun dapat tetap berkarya, bahkan di dalam angkatan bersenjata Jerman sekali pun!


 Hanna Reitsch, seorang wanita yang memperoleh penghargaan dari Nazi Jerman.


 Mutterkreuz, (nama panjangnya Ehrenkreuz der Deutschen Mutter) adalah sebuah salib penghargaan yang diberikan kepada wanita yang berprestasi kepada The Third Reich!


Oleh : Byoma Ganendra

Tampaknya banyak yang masih mengira bahwa NS/Fasisme adalah ideologi yang memandang rendah kaum wanita. Banyak yang memahami bahwa NS/Fasisme mengekang kehidupan wanita dan melarang mereka berkarya, atau justru malah hanya mengizinkan bahwa wanita hanya seputar mengurusi dapur, anak-anak bahkan lebih parahnya ada yang mengartikan bahwa NS/Fasisme memandang wanita sebagai pabrik produksi bagi anak-anak masa depan Negara. Pandangan yang ekstrim sekali salahnya....
Pandangan itu sangatlah sesat dan tidak benar sama sekali. NS/Fasisme sangat menghargai wanita.
Sebagai contoh, kebijakan Der Fuhrer Adolf Hitler sendiri semasa beliau menguasai Jerman Reich. Dalam pandangan beliau, wanita yang baik adalah wanita yang mampu mengurus dan membina keluarganya dengan baik. Wanita yang baik adalah wanita yang mmpu menjadi ibu yang baik bagi anak-anak mereka dan menjadi istri yang baik bagi suami mereka. Mengapa Der Fuher menekankan demikian? Sebab beliau memandang bahwa figur seorang ibu dalam kehidupan berkeluarga adalah figur yang paling penting. Seorang ibu adalah figur yang akan membentuk karateristik seorang anak, figur yang akan menjaga anak-anak selama ayah mereka bertugas diluar rumah. Bahkan beliau sampai membuat medali penghargaan bagi ibu-ibu yang dinilai mampu membina keluarga mereka dengan baik. Medali tersebut adalah “Mutterkreuz”.
Namun bukan berarti, Der Fuhrer memandang wanita sebatas itu saja. Beliau mengizinkan para wanita yang muda untuk berpartisipasi dalam perkembangan Reich Ketiga yang beliau pimpin. Sebagai bukti, kaum wanita muda sendiri banyak yang bergabung dalam Hitlerjugend (barisan pemuda Hitler) sebagai bentuk aktivitas mereka diluar rumah. Bahkan seorang wanita Jerman bernama Hanna Reitsch mencetak prestasi yang mengagumkan dan mengharumkan nama Reich Ketiga. Di sisi lain, seorang wanita juga dapat bergabung di dalam DRK (Deutsches Rotes Kreuz) atau Palang Merah Jerman, yang mana membantu para prajurit-prajurit yang terluka selama di medan pertempuran.
NS/Fasisme memang menolak ide-ide Emansipasi Wanita dari kaum Liberal/Kapitalis yang menyatakan untuk memberikan wanita kebebasan yang besar dalam rangka persamaan derajat pria dan wanita. Bagi NS/Fasis, wanita tetap memiliki apa yang disebut oleh kita sebagai kodratnya atau tempatnya namun NS/Fasisme tidak mengekang mereka untuk berkarya selama itu tidak membuat wanita lupa akan posisi mereka dan tidak membahayakan posisi mereka sendiri. Wanita yang sudah menikah dan memiliki anak dianjurkan oleh NS/Fasisme untuk berkonsentrasi dalam membina keluarganya dan menjadi figur ibu yang baik demi kebaikan bersama sendiri, namun kaum Liberal/Kapitalis senantiasa memandang ide tersebut sebagai pembatasan dan pengekangan dan kaum NS/Fasis membantah dengan menyatakan ide tersebut sebagai bentuk proteksi. Kebebasan itu harus diproteksi dengan nilai-nilai dan aturan yang ketat. NS/Fasisme menolak wanita menjadi objek eksploitasi kebebasan. Justru ide-ide NS/Fasisme mengandung nilai-nilai proteksi yang besar terhadap masa depan tidak hanya wanita namun juga kehidupan berkeluarga dalam negara....
 Emansipasi wanita ala Kartini memang sudah patut dipertanyakan. Bahkan buku Kartini yang berjudul "Habislah Gelap Terbitlah Terang" juga sudah mulai diragukan kebenarannya. Diragukan disini bukan berarti diragukan keotentikannya, namun diragukan hasil permikiran dari Kartini itu sendiri. Saya pernah mendengar dari dosen saya bahwa beliau melakukan penelitian mengenai tulisan Kartini tersebut termasuk surat-suratnya kepada teman-temannta di Belanda dan ternyata hasilnya bahwa tulisan Kartini tersebut sebenarnya bermakna pro Kolonialisme Barat terhadap bangsa Asia Timur Raya. Hal ini disebabkan bahwa makna Terang dalam tulisan Kartini bermakna peradaban Barat dan makna Gelap itu sendiri bermakna keadaan bangsa Asia khususnya Indonesia yang dalam pandangan Kartini sebagai bangsa yang Barbar/Tidak Beradab. Oleh karena itu Kartini menerima konsep Kolonialisme Barat sebagai bentuk upaya bangsa Barat memberikan pencerahan kepada bangsa-bangsa lainnya khususnya bangsa Indonesia sehingga Indonesia dapat keluar dari kebarbarannya dan hidup menurut konsep milik Barat. Pemikiran inilah yang nantinya akan mendasari lahirnya ide-ide pro Westrenisasi dan menyebabkan bangsa Timur kehilangan identitas dan kebanggaannya terhadap tradisi Ketimuran mereka.
Jika memang demikian, maka Kartini seharusnya dihapuskan dari daftar Pahlawan Indonesia dan dimasukkan ke dalam daftar pengkhianat tidak hanya bangsa Indonesia namun juga seluruh bangsa Timur karena mendukung Kolonialisme Barat atas Bangsa Asia Timur Raya...
Sebab memang Belanda telah menanamkan mindset melalui pendidikan ala Barat mereka agar membuat bangsa Indonesia secara perlahan tunduk kepada Belanda karena dianggap membawa perubahan bagi nilai-nilai tradisi bangsa...
Kalau pun memang itu adalah judul buku yang Kartini tulis, isinya pasti akan membaik-baikan Belanda dan menyatakan Belanda sebagai pembawa pencerahan bagi kehidupan bangsanya. Belanda datang dengan sistem dan pola yang dianggap mampu mengubah kehidupan bangsa Indonesia. Baginya kebudayaan asli adalah sikap Barbarisme. Kebudayaan asli telah menjatuhkan martabat suatu bangsa karenannya sistem Barat haruslah diterapkan dan bangsa yang maju adalah bangsa yang meniru kebudayaan Barat dan mengadopsinya dalam kehidupan mereka. Itulah isi pemikiran Kartini... Otaknya tampaknya adalah otak kebarat-baratan karenannya dia mendukung konsep Kolonialisme... Pencerahan dapat dibawa melalui kolonialisasi bangsa-bangsa Eropa terhadap bangsa-bangsa diluar Eropa...
 

Sumber : Analisis pribadi mengacu dari beberapa sumber.

Jumat, 12 Desember 2014

3 Poin Penting di Dalam Nasional-Sosialisme/Fasisme

Oleh : Byoma Ganendra

Ada 3 poin yang harus dipertegas untuk memahami NS/Fasisme:

1. Nasional-Sosialisme/Fasisme Merupakan Kediktatoran

NS/Fasisme adalah kediktatoran itu benar, namun kita harus mampu membedakan Kediktatoran Ultranasionalis dan Kediktatoran Proletariat. Kediktatoran Ultranasionalis NS/Fasisme bersifat Totalitarian artinya kepentingan bersama dalam bernegara lebih diutamakan.
Banyak sumber yang mengatakan bahwa Kediktatoran adalah buruk namun kita bisa memilah Diktator seperti apa yang kita maksud. Dikator bukanlah Tiran namun Tiran bisa muncul dari pemimpin mana saja bahkan pemimpin paling demokratis sekalipun dapat bepotensi menjadi seorang Tiran. Athena sudah membuktikannya di periode awal keemasan demokrasi Yunani bahwa demokrasi yang dibangun Solon of Athens berubah menjadi Tirani dalam waktu singkat menyisakan pemahaman Plato mengenai pertumbuhan dan perkembangan Demokrasi yang tidak selalu sejalan dengan apa yang kita kira.
Fasisme jelas merupakan Kediktatoran namun Fasisme memiliki modelnya sendiri. Fasisme menolak pemerintahan Kediktatoran Proletariat seperti USSR. Model Kediktatoran Fasisme adalah Autoritaren Fuhrerstaat merupakan suatu wadah penggabungan antara sistem ketidaksamaan dalam Absolutisme dimana tidak ada demokrasi dan juga Republik dimana terdapat sistem kesamaan dan demokrasi.
Tujuan pemerintahan Fasis adalah negara bukan bentuk negara. Hitler menjelaskan itu dalam Mein Kampf bahwa tujuan Nasional Sosialisme adalah bangsa Jerman bukan Kerajaan ataupun Republik. Walau praktek Fasisme khususnya dibidang pemerintahan berbeda dalam tiap-tiap negara besar (Jerman, Italia dan Jepang) namun jelas bahwa tujuan bernegaranya adalah sama. Di Jerman tidak ada Kaisar namun yang adalah adalah Fuhrer yang berkuasa mutlak sebagai penguasa tunggal di Jerman Reich dengan parlemen sebagai badan penasihat. Di Jepang terdapat Kaisar yang berkuasa sebagai penguasa tertinggi dan juga parlemen yang dipimpin Perdana Mentri yang menjalankan tugas atas nama Kaisar. Italia memiliki Raja sebagai kepala negara Italia dan IL Duce sebagai kepala pemerintahan dan Dewan Fasis sebagai badan penasihat. Mereka berbeda namun tujuannya sama.

2. Perekonomian ala Nasional-Sosialisme/Fasisme

Perekonomian di dalam Nasional-Sosialisme/Fasisme didasarkan atas asas sosialisme. Fasisme adalah ideologi sosialis bukan kapitalistik. Sebagaimana yang Fuhrer sudah jelaskan dalam Mein Kampf bahwa gerakan Nasional Sosialis Jerman mendukung kaum buruh Jerman untuk mendapatkan hak-haknya. Di Jepang pada saat yang bersamaan, Fasisme tumbuh dalam suasana yang sedikit berbeda namun tidak jauh daripada Jerman. Jepang tumbuh sebagai kekuatan industrialis namun mereka menentang Kapitalisme karena Kapitalisme telah mengancam dan merusak perekonomian Jepang diawal Restorasi Meiji serta nyaris mengubah karakteristik bangsa Jepang melalui berbagai macam perjanjian internasional yang dinilai memberatkan Jepang.
Sosialisme dalam Fasisme adalah Sosialisme Kebersamaan. Sosialisme tersebut dibangun atas dasar penggabungan antara sifat individualis dan sifat kolektif. Individualis tercermin dari dibiarkannya hak-hak individu berkembang seperti perusahaan swasta. Para pemodal (Kapitalis) diizinkan untuk menggunakan modalnya dan membangun usaha. Meski demikian asas Kolektif tetap tidak dilupakan. Negara memegang peranan penting dalam mengawasi kaum Kapitalis agar tidak tumbuh menjadi Kapitalisme dan mengancam kepentingan kolektif. Dalam hal ini negara berperan besar dalam mengawasi bahkan mengontrol dengan ketat. Kepentingan kolektif yang dimaksud juga berbeda dari kepentingan kolektif dalam Komunisme. Komunisme menekankan bahwa kepentingan kolektif adalah kepentingan kaum proletar sementara Fasisme menyatakan bahwa kepentingan kolektif adalah kepentingan bersama dalam bernegara.
Negara menjamin kepentingan semua golongan dan mengawasi dengan ketat agar kepentingan individu tidak mengalahkan kepentingan bersama dalam negara. Kepentingan utama tetaplah negara. Kaum Kapitalis yang kaya harus membantu kaum proletar yang miskin. Kaum Kapitalis memiliki uang untuk disumbangkan demi kemakmuran negara dan kaum proletar memiliki tenaga untuk diberikan demi memajukan negara. Semua harus berperan aktif dalam pembangunan negara tanpa memandang status. Itulah kehidupan perekonomian Fasisme. Sosialisme namun tidak memandang kelas, dan anti Kapitalisme namun tidak melarang pemodal dan usahaswasta. Selama kepentingan negara terjamin maka negara akan memberi jaminan pula kepada masyarakatnya.

3. Nasional-Sosialisme/Fasisme Tidak Pernah Mengajarkan Rasisme (Diskriminasi Ras/Etnis)

Fasisme tidak rasis. Fasisme memang menekankan bahwa suatu bangsa harus bangga terhadap ras dan budayanya. Namun hal itu tidak berarti rasisme. Kebanggaan yang dimaksud itu artinya adalah bangga terhadap bangsa sendiri dan budaya sendiri. Jangan pernah merasa rendah dihadapan bangsa lain atau itu akan membuat kita menjadi lebih rendah dari bangsa lain, pikirkan terhadap bangsamu.
Ungakapan Deutchaland Uber Alles merupakan ungkapan yang tepat menggambarkan bagaimana bangsa Jerman bangga akan kejermanannya. Bangsa Jerman bangga akan statusnya akan kebudayaannya akan kemampuannya. Bangsa Jerman percaya bahwa mereka selalu berada didepan bangsa-bangsa lainnya. Bermakna bahwa mereka tidak boleh kalah dalam setiap persaingan dengan bangsa lain apakah itu dibidang politik maupun ekonomi.
Banyak negara-negara Fasis lainnya seperti Italia menggunakan istilah Italia Irredenta yang mengungkapkan kebanggaan akan jati diri Italia bahwa dahulu mereka pernah berjaya sebagai suatu Imperium Besar. Siapa yang tidak mengenal Romawi, bangsa yang nyaris mempersatukan duni dibawah panji-panji mereka. Bangsa yang membangun Imperium terbesar dan terlama di dunia yang warisannya dapat dirasakan oleh seluruh dunia hingga saat ini. Itulah legitimasi yang digunakan Fasisme Italia bahwa Irredenta bermakna kejayaan masa lalu Romawi sejalan dengan apa yang dipikirkan Machiavelli mengenai bangsanya berabad-abad silam.
Jepang memiliki istilah Dai Nippon Teikoku (Kekaisaran Jepang Raya) bahwa mereka tidak boleh merasa rendah dihadapan China yang besar, atau Barat yang modern. Namun Dai Nippon Teikoku harus mampu untuk menjadi bangsa besar yang melampaui semua yang pernah memandang remeh terhadapnya. Jepang pernah menjadi makmur dimasa lalu. Ketika Toyotomi Hideyoshi mempersatukan Jepang dan mengakhiri periode Sengoku yang telah mengoyak Jepang selama berabad-abad. Bangsa Jepang mendunia, para pedagangnya berlayar hingga seluruh dunia dengan kode pelayaran segel merah. Perekonomian Jepang bangkit dan perdangangan Jepang dibawah kekuasaan Toyotomi nyaris mengalahkan kongsi dagang Eropa seperti EIC (Inggri)s dan VOC (Belanda). Dibawah Toyotomi Hideyoshi pula, Jepang bergerak keluar, membangun Imperiumnya dengan mengalahkan Dinasti Joseon di Korea walaupun saat itu belum mampu mengalahkan Dinasti Ming di China. Namun itu menjadi pelajaran sejarah berarti bagi Fasisme Jepang untuk membangkitkan kembali semangat juang bangsanya untuk membawa nama besar Jepang ke dunia.
Indonesia juga punya, Indonesia Raya. Tidakkah semboyan itu cukup untuk mengingatkan bahwa Indonesia adalah Imperium Besar dimasa lalu? Bahwa Indonesia Raya bermakna sama dengan Dai Nippon Teikoku, Italia Irredenta atau Deutchland Uber Alles. Indonesia adalah bangsa besar yang pernah berjaya dan kejayaan itu akan menjadi dorongan untuk maju kedepannya. Jerman, Italia dan Jepang menggunakan itu untuk memajukkan negaranya. Untuk memompa semangat juang bangsanya. Bahwa sekalipun tidak boleh mereka merasa rendah atau kalah dari bangsa lain.