Oleh :
Byoma Ganendra
Perang Rusia
Jepang merupakan salah satu fenomena sejarah yang penting di wilayah Asia. Bagi
bangsa Asia, perang Rusia-Jepang merupakan titik awal dari kebangkitan
bangsa-bangsa di Asia melawan dominasi Kolonialis Barat yang sudah berkuasa di
Asia sejak era Kolonialisme. Jepang yang keluar sebagai pemenang perang
dianggap sebagai negara yang telah membangkitkan kembali rasa percaya diri dan
harga diri bangsa Asia untuk bangkit dan melawan sekuat tenaga agar dapat
mengusir pengaruh Barat dari bumi Asia.
Perang Rusia
Jepang terjadi antara tahun 1904-1905 merupakan pertempuran besar-besaran
antara kekuatan lama yang diwakili oleh Kekaisaran Rusia dan kekuatan baru yang
diwakili oleh Kekaisaran Jepang. Perang tersebut terjadi karena adanya
pergesekan antara dua kekuatan tersebut terkait kepentingan untuk memperlebar pengaruh
di kawasan Asia Timur.
Kekaisaran Rusia
merupakan salah satu kekuatan besar di Eropa yang sedang berusaha melebarkan
sayapnya ke kawasan Timur Jauh. Perluasan pengaruh Rusia ke Timur Jauh juga
didorong oleh "Politik
Air Hangat”
dimana Rusia berusaha untuk mencari wilayah yang perairannya tidak membeku di
musim dingin sebagai basis kekuatan lautnya. Hal ini dikarenakan cuaca ekstrem
di Rusia memungkinkan setiap perairan di wilayahnya membeku selama musim
dingin. Industrialisasi dan modernisasi Rusia semasa pemerintahan Tsar Peter I Yang Agung telah berhasil
membawa Rusia menjadi negara yang kuat sehingga Rusia merasa mampu
merealisasikan keinginannya tersebut dan terjun ke dalam persaingan
kolonialisme dengan negara-negara Barat lainnya di Timur Jauh.
Sementara itu di
Asia kekuatan baru sedang bertumbuh dengan pesatnya. Kekaisaran Jepang yang
awalnya merupakan negara tertutup pada masa keshogunan Tokugawa telah menjelma menjadi negara industri yang kuat dan
moderen sebagai akibat dari Restorasi Meiji. Pembangunan
industri yang pesat di Jepang diikuti dengan pertumbuhan militernya yang pesat.
Jepang menjadi salah satu pemain baru dalam kancah percaturan politik di Timur
Jauh sekitar abad ke-19 dan ke-20. Pengaruh Jepang di
kawasan Asia Timur juga semakin menguat seiring dengan melemahnya kekuatan
Kekaisaran China
yang sudah keropos. Jepang berhasil memenangkan perang melawan China (Perang Sino-Jepang I)
dan mendapatkan Korea, Semenanjung Liaodong, Pesdacores, Port Arthur dan pulau Formosa (Taiwan). Dengan demikian
kekuatan Jepang semakin besar dan pengaruhnya semakin kuat di kawasan Asia.
Awal dari
pergesekan kepentingan antara Rusia dan Jepang sebenarnya dimulai sejak
kemenangan Jepang dalam Perang Sino Jepang I. Perjanjian Shimosenki
yang mengakhiri perang tersebut membuat Jepang berhasil menguasai daerah-daerah
kekuasaan/jajahan Kekaisaran China
seperti Korea, Pesdacores, Semenanjung Liaodong , Port Arthur
dan Formosa (Taiwan). Dengan menancapnya pengaruh Jepang di daratan Asia Timur
artinya mengacam kepentingan Rusia di kawasan tersebut. Perancis
dan Jerman melalui intervensi tiga
negara
pada 23 April 1895, bersama Rusia kemudian
berusaha menangkal pengaruh Jepang dengan menekan Jepang untuk mundur dari Port
Arthur. Rusia sendiri diam-diam lalu membicarakan perjanjian penyewaan pangkalan
Angkatan Laut dengan Kekaisaran China
selama 25 tahun termasuk Port Arthur. Tindakan tersebut lalu
disusul dengan pendudukan pasukan Rusia atas wilayah Manchuria dan mengancam
Korea. Tindakan Rusia ini sebenarnya membuat geram Jepang, sebab bagaimana pun
juga Rusia tampak jelas tidak menghormati hasil perjanjian Shimosenki antara China dan Jepang dan
wilayah-wilayah yang diklaim Rusia tersebut seharusnya merupakan wilayah
pengaruh Jepang yang didapat Jepang dengan susah payah setelah berperang
melawan Dinasti Qing (China).
Namun segeram-geramnya Jepang, Jepang memutuskan untuk mundur terlebih dahulu
mengingat kekuatan Rusia saat itu cukup besar dan Jepang menolak untuk
bertindak gegabah. Namun mundurnya Jepang bukan berarti Jepang menyerah begitu
saja terhadap superioritas kekuatan Rusia, Jepang justru menyusun taktik baru
untuk mampu merebut kembali wilayah-wilayah pengaruhnya di daratan Asia Timur
tersebut.
Strategi baru
yang kemudian ditempuh Jepang untuk mengembalikan pengaruhnya atas dataran Asia
Timur adalah melalui jalur diplomasi. Jepang berusaha untuk mendekati baik
negara rivalnya (Rusia) maupun negara-negara diluar itu seperti Inggris dan
Kekaisaran China.
Dengan Rusia, Jepang berusaha
untuk mendapatkan pengakuan Rusia atas kepentingan Jepang di kawasan Asia
Timur. Jepang juga meminta agar Rusia tidak mengancam Korea dan angkat kaki
dari wilayah Manchuria (wilayah yang seharusnya dikuasai Jepang setelah
kemenangan Jepang dalam perang Sino Jepang I). Rusia sendiri bersikeras untuk
tetap mempertahankan ekstitensinya di kawasan Asia Timur dan menolak permintaan
Jepang. Bahkan Rusia tetap bersikeras bahwa Jepang tidak akan dapat bebas
menancapkan pengaruhnya di Asia Timur terutama di wilayah Korea. Perundingan
antara Jepang dan Rusia tersebut menemui jalan buntu yang kelak menjadi titik
awal peperangan antara kedua negara. Selain Rusia, Jepang juga mendekati
Inggris. Belajar dari pengalaman intervensi tiga negara yang membuat Jepang
kehilangan pengaruh yang baru didapatkannya di daratan Asia Timur, Jepang
berpikir bahwa untuk menang maka diperlukan dukungan atau sekutu yang kuat.
Inggris bagi Jepang merupakan pilihan yang tepat karena Inggris juga memiliki
kedudukan yang kuat di China
maka Jepang membutuhkan Inggris untuk melindungi
kepentingannya di kawasan Asia Timur khususnya di Korea dan Manchuria yang
diperebutkan dengan Rusia. Pada tanggal 30 Januari terbentuklah Aliansi Jepang-Inggris
yang ditandatangani oleh Hayasi Tadasu
(Duta besar Jepang untuk Inggris)
dan Landsdown (Sekertaris Menlu
Inggris) di London. Isi dari perjanjian tersebut adalah sebagai berikut :
Pasal
I
Jepang dan
Inggris mengakui kedaulatan Korea dan China.
Jepang mengakui kepentingan politik, ekonomi, dan industri Inggris di China dan sebaliknya
Inggris mengakui kepentingan politik, ekonomi, dan industri Jepang di Korea.
Kedua negara boleh mengambil langkah yang diperlukan untuk melindungi
kepentingannya dari ancaman negara lain maupun gangguan dalam negeri.
Pasal
II
Jika salah satu
dari Inggris atau Jepang terlibat perang dengan negara negara lain, maka negara
yang lain (Jepang atau Inggris) akan bersikap netral.
Pasal
III
Jika salah satu
negara menghadapi lawan lebih dari satu, maka negara yang lain akan memberikan
bantuan.
Pasal
IV
Inggris dan
Jepang tidak akan melakukan kesepakatan dengan negara lain yang akan merugikan
kesepakatan ini.
Pasal
V
Jika dalam
pendapat antara Jepang dan Inggris kepentingan yang telah dijelaskan tersebut
berada dalam bahaya, maka kedua pemerintahan akan melakukan perundingan.
Pasal
VI
Perjanjian
tersebut berlaku secepatnya setelah penandatanganan dan akan berlaku sampai
lima tahun sejak penandatanganan
Dengan
perjanjian tersebut Jepang sudah merasa aman untuk membuat langkah baru dengan
dukungan kuat dari pihak Inggris. Selain Inggris, Jepang juga berdiplomasi
dengan Kekaisaran China
yang menjadi musuhnya dalam perang sebelumnya. Pengaruh China dirasakan oleh
Jepang sangat penting dalam upaya menghancurkan kekuatan Rusia di kawasan Asia
Timur,
sebab Jepang melihat China
akan memberikan keuntungan besar dari segi geografis, logistik
bahkan bantuan militer untuk menghadapi Rusia, karenanya Jepang berusaha untuk
menarik China
ke pihaknya. Namun China
menolak tawaran Jepang. China merasa bahwa dengan memihak
Jepang, maka China
akan terancam sebab Rusia telah menancapkan kekuatannya di
Manchuria yang jelas juga mengancam posisi China. Mengetahui penolakan China,
Jepang kemudian
mengambil langkah kedua yaitu mengusahakan agar China bersikap netral jika pecah perang
antara Rusia dan Jepang. Bantuan China
terhadap Rusia akan menghambat kemenangan Jepang, apalagi
Rusia yang pernah membantu China
dalam menangkal pengaruh Jepang di kawasan Asia Timur, dikahwatirkan China juga akan bersimpati kepada
Rusia. Jika sampai Jepang terlibat perang lagi dengan China maka Jepang tidak
hanya menghadapi aliansi Rusia- China namun juga
seluruh negara-negara Eropa yang memiliki kepentingan di wilayah China. Namun China pada akhirnya
meyakinkan Jepang bahwa pihaknya akan mengambil posisi netral dalam perseteruan
antara Rusia dan Jepang. Sikap China
tersebut membuat Jepang lega dan melapangkan usaha Jepang
untuk menghadapi Rusia.
Selain dengan China, Jepang juga melihat
Korea sebagai wilayah yang berpotensi tinggi untuk mendukung kemenangannya
melawan Rusia. Korea sebelumnya adalah wilayah jajahan China yang kemudian
direbut Jepang setelah Jepang mengalahkan China dalam Perang Sino-Jepang I namun
karena adanya intervensi tiga negara, maka Jepang melepaskan pengaruhnya atas
Korea. Kini Jepang berencana untuk menjadikan Korea sebagai basis pergerakan
militernya untuk menghadapi Rusia. Korea kemudian menjadi salah satu basis
utama Jepang untuk menggempur Rusia dalam Perang Rusia-Jepang.
Langkah-langkah
yang diambil Jepang tersebut telah mengamankan posisi Jepang dalam
perseteruannya dengan Rusia. Perundingan-perundingan yang gagal antara Jepang
dan Rusia membuat Jepang berpikir bahwa tidak ada jalan lain selain berperang
dengan pihak Rusia. Jepang mulai mempersiapkan kekuatannya. Aliansi dengan
Inggris dan kenetralan China
menjadi jaminan bagi Jepang untuk dapat langsung menusuk Rusia
tanpa adanya halangan lagi. Pada tanggal 6 Februari 1904, Jepang menyerbu
pangkalan Angkatan Laut Rusia di Port Atrhur dan menandai pecahnya Perang Rusia Jepang (Perang
Ruso-Jepang). Serangan awal Jepang ke Port
Arthur menciptakan suatu kurungan terhadap Armada Timur Jauh Rusia yang
berpangkalan di Port Arthur. Untuk mempercepat kemenangan, Jepang memutuskan
untuk membawa pertempuran ke daratan. Pada tanggal 13 April 1904 pasukan Jepang
mendarat di Icheon Korea dan kemudian menguasai seluruh Korea untuk
bersiap-siap melakukan penyerbuan ke wilayah Manchuria yang diduduki oleh
Rusia. Rusia lalu mendatangkan balabantuan melalui jalur kereta api
Trans-Siberia untuk memperkuat posisinya di Manchuria. Pada tanggal 1 Mei 1904
pasukan Jepang menyerbu posisi pasukan Rusia di Sungai Yalu, Manchuria. Jepang
tidak mendapat perlawanan yang berarti dalam pertempuran di sungai Yalu dan
sukses memukul mundur pasukan Rusia, namun dalam pertempuran Nanshan pada
tanggal 25 Mein 1904 pasukan Rusia mampu menahan laju pasukan Jepang. Meski demikian, Rusia tetap tidak mampu
membendung arus pergerakan pasukan Jepang yang semakin membanjiri wilayah
Manchuria. Port Arthur
sendiri akhirnya jatuh ke tangan
Jepang pada tanggal 2 Januari 1905. Dengan jatuhnya Port Arthur, Rusia kini hanya bisa berharap akan datangnya
bala bantuan
dari Armada Baltik yang sedang dalam perjalanan untuk menggempur posisi Jepang
yang semakin menguat di wilayah Manchuria. Namun harapan tersebut sirna setelah
Armada Baltik yang merupakan armada kebanggaan Kekaisaran Rusia dihancurkan
oleh Jepang dalam Pertempuran di Selat Tsushima. Kehancuran armada Baltik ini
memberikan kesempatan besar bagi Jepang untuk terus menusuk ke wilayah
Manchuria dan menghancurkan kekuatan Rusia yang tersisa. Jepang bahkan sukses
menguasai wilayah Rusia di kepulauan Sakhalin Selatan. Sedikit demi sedikit
pengaruh Rusia semakin terkikis dan akhirnya peperangan diakhiri pada tahun
1905 melalui perundingan antara Rusia dan Jepang di Portsmouth, New Hampshire (Perjanjian
Portsmouth). Dalam perjanjian Portsmouth tersebut Jepang berhasil
mendapatkan kembali wilayah pengaruhnya yang hilang setelah peristiwa
intervensi tiga negara mencakup semenanjung Liaodong dan Kepulauan Sakhalin.
Posisi Jepang di Korea juga berhasil diamankan dan ancaman Rusia dari arah
Manchuria berhasil disingkirkan. Walau dalam perjanjian ini, Rusia menolak
dikatakan sebagai pihak yang kalah, namun faktanya Rusia telah kalah. Pasukan
Rusia dan Armada Baltiknya telah dihancurkan oleh kekuatan Jepang dan dalam
perjanjian Portsmouth Rusia telah kehilangan wilayah-wilayah pengaruhnya di
Asia Timur kepada Jepang.
Kekalahan Rusia
dalam perang Rusia Jepang menjadi titik awal keruntuhan Imperium Rusia dan
berakhirnya dominasi Kekaisaran Rusia atas wilayah Timur Jauh. Sebaliknya
Jepang menjelma menjadi kekuatan besar setelah berhasil mengalahkan Rusia.
Jepang berhasil mendapatkan kembali wilayah pengaruhnya dan menancapkan dengan
kuat pengaruhnya di kawasan Asia Timur. Bagi bangsa Asia umumnya, kemenangan
Jepang atas Rusia menandai awal dari kebangkitan bangsa Asia melawan dominasi
Barat di kawasan Timur Jauh. Barat selama ini selalu digambarkan sebagai
kekuatan besar yang tidak tertandingi namun mitos tersebut berhasil diruntuhkan
dengan kemenangan besar Jepang dalam perang melawan Rusia.
Kepercayaan diri
bangsa Asia mulai tumbuh dan semangat untuk melawan dominasi Barat di tanah
Asia semakin meningkat termasuk di Indonesia yang saat itu masih dijajah
Belanda. Di mata Kolonialis Barat bangkitnya kekuatan Jepang sekaligus
merupakan ancaman bagi kekuasaan kolonial mereka di Timur Jauh. Kekalahan Rusia
dalam peperangan melawan Jepang membuat bangsa Barat harus memperhitungkan Jepang
sebagai salah satu kekuatan besar di dunia yang mampu mendominasi kawasan Timur
Jauh sehingga mereka (pihak Barat) berusaha melakukan berbagai macam cara untuk
membendung pengaruh Jepang yang semakin meluas.
Sumber:
Analisis pribadi mengacu dari beberapa sumber