Pages

Kamis, 25 Desember 2014

Perang Rusia-Jepang dan Pengaruhnya di Kawasan Asia





Oleh    :  Byoma Ganendra

Perang Rusia Jepang merupakan salah satu fenomena sejarah yang penting di wilayah Asia. Bagi bangsa Asia, perang Rusia-Jepang merupakan titik awal dari kebangkitan bangsa-bangsa di Asia melawan dominasi Kolonialis Barat yang sudah berkuasa di Asia sejak era Kolonialisme. Jepang yang keluar sebagai pemenang perang dianggap sebagai negara yang telah membangkitkan kembali rasa percaya diri dan harga diri bangsa Asia untuk bangkit dan melawan sekuat tenaga agar dapat mengusir pengaruh Barat dari bumi Asia.
Perang Rusia Jepang terjadi antara tahun 1904-1905 merupakan pertempuran besar-besaran antara kekuatan lama yang diwakili oleh Kekaisaran Rusia dan kekuatan baru yang diwakili oleh Kekaisaran Jepang. Perang tersebut terjadi karena adanya pergesekan antara dua kekuatan tersebut terkait kepentingan untuk memperlebar pengaruh di kawasan Asia Timur.
Kekaisaran Rusia merupakan salah satu kekuatan besar di Eropa yang sedang berusaha melebarkan sayapnya ke kawasan Timur Jauh. Perluasan pengaruh Rusia ke Timur Jauh juga didorong oleh   "Politik Air Hangat dimana Rusia berusaha untuk mencari wilayah yang perairannya tidak membeku di musim dingin sebagai basis kekuatan lautnya. Hal ini dikarenakan cuaca ekstrem di Rusia memungkinkan setiap perairan di wilayahnya membeku selama musim dingin. Industrialisasi dan modernisasi Rusia semasa pemerintahan Tsar Peter I Yang Agung telah berhasil membawa Rusia menjadi negara yang kuat sehingga Rusia merasa mampu merealisasikan keinginannya tersebut dan terjun ke dalam persaingan kolonialisme dengan negara-negara Barat lainnya di Timur Jauh.
Sementara itu di Asia kekuatan baru sedang bertumbuh dengan pesatnya. Kekaisaran Jepang yang awalnya merupakan negara tertutup pada masa keshogunan Tokugawa telah menjelma menjadi negara industri yang kuat dan moderen sebagai akibat dari Restorasi Meiji. Pembangunan industri yang pesat di Jepang diikuti dengan pertumbuhan militernya yang pesat. Jepang menjadi salah satu pemain baru dalam kancah percaturan politik di Timur Jauh sekitar abad ke-19 dan ke-20. Pengaruh Jepang di kawasan Asia Timur juga semakin menguat seiring dengan melemahnya kekuatan Kekaisaran China yang sudah keropos. Jepang berhasil memenangkan perang melawan China (Perang Sino-Jepang I) dan mendapatkan Korea, Semenanjung Liaodong, Pesdacores, Port Arthur  dan pulau Formosa (Taiwan). Dengan demikian kekuatan Jepang semakin besar dan pengaruhnya semakin kuat di kawasan Asia.
Awal dari pergesekan kepentingan antara Rusia dan Jepang sebenarnya dimulai sejak kemenangan Jepang dalam Perang Sino Jepang I. Perjanjian Shimosenki yang mengakhiri perang tersebut membuat Jepang berhasil menguasai daerah-daerah kekuasaan/jajahan Kekaisaran China seperti Korea, Pesdacores, Semenanjung Liaodong , Port Arthur dan Formosa (Taiwan). Dengan menancapnya pengaruh Jepang di daratan Asia Timur artinya mengacam kepentingan Rusia di kawasan tersebut.  Perancis dan Jerman melalui intervensi tiga negara pada 23 April 1895, bersama Rusia kemudian berusaha menangkal pengaruh Jepang dengan menekan Jepang untuk mundur dari Port Arthur. Rusia sendiri diam-diam lalu membicarakan perjanjian penyewaan pangkalan Angkatan Laut dengan Kekaisaran China selama 25 tahun termasuk Port Arthur. Tindakan tersebut lalu disusul dengan pendudukan pasukan Rusia atas wilayah Manchuria dan mengancam Korea. Tindakan Rusia ini sebenarnya membuat geram Jepang, sebab bagaimana pun juga Rusia tampak jelas tidak menghormati hasil perjanjian Shimosenki antara China dan Jepang dan wilayah-wilayah yang diklaim Rusia tersebut seharusnya merupakan wilayah pengaruh Jepang yang didapat Jepang dengan susah payah setelah berperang melawan Dinasti Qing (China). Namun segeram-geramnya Jepang, Jepang memutuskan untuk mundur terlebih dahulu mengingat kekuatan Rusia saat itu cukup besar dan Jepang menolak untuk bertindak gegabah. Namun mundurnya Jepang bukan berarti Jepang menyerah begitu saja terhadap superioritas kekuatan Rusia, Jepang justru menyusun taktik baru untuk mampu merebut kembali wilayah-wilayah pengaruhnya di daratan Asia Timur tersebut.
Strategi baru yang kemudian ditempuh Jepang untuk mengembalikan pengaruhnya atas dataran Asia Timur adalah melalui jalur diplomasi. Jepang berusaha untuk mendekati baik negara rivalnya (Rusia) maupun negara-negara diluar itu seperti Inggris dan Kekaisaran China. Dengan Rusia, Jepang berusaha untuk mendapatkan pengakuan Rusia atas kepentingan Jepang di kawasan Asia Timur. Jepang juga meminta agar Rusia tidak mengancam Korea dan angkat kaki dari wilayah Manchuria (wilayah yang seharusnya dikuasai Jepang setelah kemenangan Jepang dalam perang Sino Jepang I). Rusia sendiri bersikeras untuk tetap mempertahankan ekstitensinya di kawasan Asia Timur dan menolak permintaan Jepang. Bahkan Rusia tetap bersikeras bahwa Jepang tidak akan dapat bebas menancapkan pengaruhnya di Asia Timur terutama di wilayah Korea. Perundingan antara Jepang dan Rusia tersebut menemui jalan buntu yang kelak menjadi titik awal peperangan antara kedua negara. Selain Rusia, Jepang juga mendekati Inggris. Belajar dari pengalaman intervensi tiga negara yang membuat Jepang kehilangan pengaruh yang baru didapatkannya di daratan Asia Timur, Jepang berpikir bahwa untuk menang maka diperlukan dukungan atau sekutu yang kuat. Inggris bagi Jepang merupakan pilihan yang tepat karena Inggris juga memiliki kedudukan yang kuat di China maka Jepang membutuhkan Inggris untuk melindungi kepentingannya di kawasan Asia Timur khususnya di Korea dan Manchuria yang diperebutkan dengan Rusia. Pada tanggal 30 Januari terbentuklah Aliansi Jepang-Inggris yang ditandatangani oleh Hayasi Tadasu (Duta besar Jepang untuk Inggris) dan Landsdown (Sekertaris Menlu Inggris) di London. Isi dari perjanjian tersebut adalah sebagai berikut :

Pasal I
Jepang dan Inggris mengakui kedaulatan Korea dan China. Jepang mengakui kepentingan politik, ekonomi, dan industri Inggris di China dan sebaliknya Inggris mengakui kepentingan politik, ekonomi, dan industri Jepang di Korea. Kedua negara boleh mengambil langkah yang diperlukan untuk melindungi kepentingannya dari ancaman negara lain maupun gangguan dalam negeri.
Pasal II
Jika salah satu dari Inggris atau Jepang terlibat perang dengan negara negara lain, maka negara yang lain (Jepang atau Inggris) akan bersikap netral.
Pasal III
Jika salah satu negara menghadapi lawan lebih dari satu, maka negara yang lain akan memberikan bantuan.
Pasal IV
Inggris dan Jepang tidak akan melakukan kesepakatan dengan negara lain yang akan merugikan kesepakatan ini.
Pasal V
Jika dalam pendapat antara Jepang dan Inggris kepentingan yang telah dijelaskan tersebut berada dalam bahaya, maka kedua pemerintahan akan melakukan perundingan.
Pasal VI
Perjanjian tersebut berlaku secepatnya setelah penandatanganan dan akan berlaku sampai lima tahun sejak penandatanganan

Dengan perjanjian tersebut Jepang sudah merasa aman untuk membuat langkah baru dengan dukungan kuat dari pihak Inggris. Selain Inggris, Jepang juga berdiplomasi dengan Kekaisaran China yang menjadi musuhnya dalam perang sebelumnya. Pengaruh China dirasakan oleh Jepang sangat penting dalam upaya menghancurkan kekuatan Rusia di kawasan Asia Timur, sebab Jepang melihat China akan memberikan keuntungan besar dari segi geografis, logistik bahkan bantuan militer untuk menghadapi Rusia, karenanya Jepang berusaha untuk menarik China ke pihaknya. Namun China menolak tawaran Jepang. China merasa bahwa dengan memihak Jepang, maka China akan terancam sebab Rusia telah menancapkan kekuatannya di Manchuria yang jelas juga mengancam posisi China. Mengetahui penolakan China,
Jepang kemudian mengambil langkah kedua yaitu mengusahakan agar China bersikap netral jika pecah perang antara Rusia dan Jepang. Bantuan China terhadap Rusia akan menghambat kemenangan Jepang, apalagi Rusia yang pernah membantu China dalam menangkal pengaruh Jepang di kawasan Asia Timur, dikahwatirkan China juga akan bersimpati kepada Rusia. Jika sampai Jepang terlibat perang lagi dengan China maka Jepang tidak hanya menghadapi aliansi Rusia- China namun juga seluruh negara-negara Eropa yang memiliki kepentingan di wilayah China. Namun China pada akhirnya meyakinkan Jepang bahwa pihaknya akan mengambil posisi netral dalam perseteruan antara Rusia dan Jepang. Sikap China tersebut membuat Jepang lega dan melapangkan usaha Jepang untuk menghadapi Rusia.
Selain dengan China, Jepang juga melihat Korea sebagai wilayah yang berpotensi tinggi untuk mendukung kemenangannya melawan Rusia. Korea sebelumnya adalah wilayah jajahan China yang kemudian direbut Jepang setelah Jepang mengalahkan China dalam Perang Sino-Jepang I namun karena adanya intervensi tiga negara, maka Jepang melepaskan pengaruhnya atas Korea. Kini Jepang berencana untuk menjadikan Korea sebagai basis pergerakan militernya untuk menghadapi Rusia. Korea kemudian menjadi salah satu basis utama Jepang untuk menggempur Rusia dalam Perang Rusia-Jepang.
Langkah-langkah yang diambil Jepang tersebut telah mengamankan posisi Jepang dalam perseteruannya dengan Rusia. Perundingan-perundingan yang gagal antara Jepang dan Rusia membuat Jepang berpikir bahwa tidak ada jalan lain selain berperang dengan pihak Rusia. Jepang mulai mempersiapkan kekuatannya. Aliansi dengan Inggris dan kenetralan China menjadi jaminan bagi Jepang untuk dapat langsung menusuk Rusia tanpa adanya halangan lagi. Pada tanggal 6 Februari 1904, Jepang menyerbu pangkalan Angkatan Laut Rusia di Port Atrhur dan menandai pecahnya Perang Rusia Jepang (Perang Ruso-Jepang). Serangan awal Jepang ke Port Arthur menciptakan suatu kurungan terhadap Armada Timur Jauh Rusia yang berpangkalan di Port Arthur. Untuk mempercepat kemenangan, Jepang memutuskan untuk membawa pertempuran ke daratan. Pada tanggal 13 April 1904 pasukan Jepang mendarat di Icheon Korea dan kemudian menguasai seluruh Korea untuk bersiap-siap melakukan penyerbuan ke wilayah Manchuria yang diduduki oleh Rusia. Rusia lalu mendatangkan balabantuan melalui jalur kereta api Trans-Siberia untuk memperkuat posisinya di Manchuria. Pada tanggal 1 Mei 1904 pasukan Jepang menyerbu posisi pasukan Rusia di Sungai Yalu, Manchuria. Jepang tidak mendapat perlawanan yang berarti dalam pertempuran di sungai Yalu dan sukses memukul mundur pasukan Rusia, namun dalam pertempuran Nanshan pada tanggal 25 Mein 1904 pasukan Rusia mampu menahan laju pasukan Jepang.  Meski demikian, Rusia tetap tidak mampu membendung arus pergerakan pasukan Jepang yang semakin membanjiri wilayah Manchuria. Port Arthur sendiri akhirnya jatuh ke tangan Jepang pada tanggal 2 Januari 1905. Dengan jatuhnya Port Arthur, Rusia kini hanya bisa berharap akan datangnya bala bantuan dari Armada Baltik yang sedang dalam perjalanan untuk menggempur posisi Jepang yang semakin menguat di wilayah Manchuria. Namun harapan tersebut sirna setelah Armada Baltik yang merupakan armada kebanggaan Kekaisaran Rusia dihancurkan oleh Jepang dalam Pertempuran di Selat Tsushima. Kehancuran armada Baltik ini memberikan kesempatan besar bagi Jepang untuk terus menusuk ke wilayah Manchuria dan menghancurkan kekuatan Rusia yang tersisa. Jepang bahkan sukses menguasai wilayah Rusia di kepulauan Sakhalin Selatan. Sedikit demi sedikit pengaruh Rusia semakin terkikis dan akhirnya peperangan diakhiri pada tahun 1905 melalui perundingan antara Rusia dan Jepang di Portsmouth, New Hampshire (Perjanjian Portsmouth). Dalam perjanjian Portsmouth tersebut Jepang berhasil mendapatkan kembali wilayah pengaruhnya yang hilang setelah peristiwa intervensi tiga negara mencakup semenanjung Liaodong dan Kepulauan Sakhalin. Posisi Jepang di Korea juga berhasil diamankan dan ancaman Rusia dari arah Manchuria berhasil disingkirkan. Walau dalam perjanjian ini, Rusia menolak dikatakan sebagai pihak yang kalah, namun faktanya Rusia telah kalah. Pasukan Rusia dan Armada Baltiknya telah dihancurkan oleh kekuatan Jepang dan dalam perjanjian Portsmouth Rusia telah kehilangan wilayah-wilayah pengaruhnya di Asia Timur kepada Jepang.
Kekalahan Rusia dalam perang Rusia Jepang menjadi titik awal keruntuhan Imperium Rusia dan berakhirnya dominasi Kekaisaran Rusia atas wilayah Timur Jauh. Sebaliknya Jepang menjelma menjadi kekuatan besar setelah berhasil mengalahkan Rusia. Jepang berhasil mendapatkan kembali wilayah pengaruhnya dan menancapkan dengan kuat pengaruhnya di kawasan Asia Timur. Bagi bangsa Asia umumnya, kemenangan Jepang atas Rusia menandai awal dari kebangkitan bangsa Asia melawan dominasi Barat di kawasan Timur Jauh. Barat selama ini selalu digambarkan sebagai kekuatan besar yang tidak tertandingi namun mitos tersebut berhasil diruntuhkan dengan kemenangan besar Jepang dalam perang melawan Rusia.
Kepercayaan diri bangsa Asia mulai tumbuh dan semangat untuk melawan dominasi Barat di tanah Asia semakin meningkat termasuk di Indonesia yang saat itu masih dijajah Belanda. Di mata Kolonialis Barat bangkitnya kekuatan Jepang sekaligus merupakan ancaman bagi kekuasaan kolonial mereka di Timur Jauh. Kekalahan Rusia dalam peperangan melawan Jepang membuat bangsa Barat harus memperhitungkan Jepang sebagai salah satu kekuatan besar di dunia yang mampu mendominasi kawasan Timur Jauh sehingga mereka (pihak Barat) berusaha melakukan berbagai macam cara untuk membendung pengaruh Jepang yang semakin meluas.

Sumber:
Analisis pribadi mengacu dari beberapa sumber

2 komentar:

  1. Casinos near casinos in New Jersey - MapyRO
    Casinos near Casinos in 남양주 출장샵 New Jersey. This 제주 출장안마 map only shows casinos 안성 출장마사지 and other popular gambling 구미 출장샵 locations. New York New York Casino and Resort New York New Jersey 충청남도 출장샵 Casino and Resort

    BalasHapus