Oleh : Byoma G.
Ada yang pernah
mendengar nama Muhammad Mossadegh?
Muhammad
Mossadegh merupakan Perdana Menteri
Iran pada tahun 1951-1953. Pada masa pemerintahannya, Mossadegh dikenal dengan
kebijakan beraninya yaitu menyuarakan nasionalisasi perusahaan-perusahaan
minyak di Iran. Sikap Mossadegh tersebut akan mengingatkan kita pada kebijakan
serupa di Indonesia oleh Ir Soekarno.
Mohammad
Mossadegh terpilih menjadi PM Iran pada tahun 1951. Begitu menjadi PM Iran,
perhatian Mossadegh langsung tertuju pada permasalahan penting dalam negeri Iran saat itu yaitu
kuatnya dominasi kapitalis asing dalam perekonomian Iran. Iran saat itu masih
berupa monarki dengan Shah Reza Pahlevi sebagai penguasa monarki Iran yang
terkenal sangat dekat dengan kekuatan-kekuatan Neokolim
Kapitalis-Liberalis.
Kebijakan
nasionalisasi Mossadegh tergolong sangat berani, hanya dua hari setelah dirinya
berkuasa, Mossadegh langsung menasionalisasi perusahaan minyak asing (Anglo
Iranian Oil Company/AIOC). Mossadegh menuturkan, “Sudah bertahun-tahun kami
bernegosiasi dengan perusahaan asing, tetapi tidak ada hasil. Dengan pendapatan
minyak kami memenuhi kebutuhan anggaran kami dan memerangi kemiskinan, penyakit
dan keterbelakangan rakyat kami.” Pernyataan Mossadegh tersebut jelas menunjukkan
sikap nasionalis sejati dari dirinya yang menentang segala bentuk dominasi
asing terhadap tanah airnya.
Nasionalisasi
tersebut membuat dirinya dicap sebagai pahlawan bagi bangsa Iran yang telah
menyelamatkan Iran dari ketergantungan ekonomi asing.
Kebijakan
nasionalisasi Mossadegh tersebut mendapat dukungan dari Partai Komunis Iran
(Tudeh), namun meski demikian perlu diingat bahwa Mossadegh bukanlah seorang
Komunis. Dirinya adalah seorang nasionalis tulen. Garis politik luar negri
Mossadegh tetaplah tidak memihak kepada blok Komunis maupun Kapitalis.
Mossadegh menerapkan kebijakan nasionalisasinya bukan untuk menyenangkan salah
satu blok (Komunis maupun Kapitalis) namun semata-mata hanya untuk Iran yang
dicintainya. Tuduhan-tuduhan Mossadegh hendak mendorong Iran menjadi satelit
USSR terlontar dari pihak Neokolim
yang ingin menjatuhkan citra dari seorang Mossadegh. Cara yang sama yang
dilakukan untuk meruntuhkan pamor Soekarno di mata rakyat Indonesia.
Sayangnya kiprah Mossadegh dalam kancah
perpolitikan Iran tidaklah panjang. Mossadegh kemudian jatuh melalui kudeta
yang sudah dirancang oleh pihak Neokolim yang khawatir dengan sikap dan
kebijakannya yang sangat nasionalis. Pihak Neokolim yakin bahwa kebijakan Mossadegh tersebut
akan ditiru oleh negara-negara dunia ketiga lainnya sehingga pada akhirnya
karir Mossadegh harus diakhiri dengan cara apapun. Meski demikian, Mossadegh
telah meletakkan dasar-dasar penting bagi kebijakan anti Neokolim di Iran dan
namanya akan tetap dikenang sebagai pahlawan nasionalis bagi bangsa Iran.
Sumber :
Analisis pribadi mengacu dari beberapa sumber
0 komentar:
Posting Komentar