Pages

Sabtu, 07 Februari 2015

Kemunafikan Liberalisme dalam Gagasan Perdamaian dan Kesetaraan

Oleh : Byoma G.

Pertama, perspektif Liberalisme dalam menyampaikan gagasan mengenai perdamaian dunia terlihat sangat munafik dan penuh kepalsuan. Dalam pandangan realistisnya, konsep-konsep yang ditawarkan kaum Liberalis terlihat sangat palsu. Liberalis selalu menyatakan melalui proses pendemokratisasian maka perdamaian akan tercapai, namun faktanya, justru pendemokratisasian menghasilkan peperangan yang berlarut-larut dan intinya bukan membawa perdamaian, seperti contoh negara-negara seperti Irak  sekarang jatuh ke dalam chaos berkepanjangan akibat hilangnya sosok pemimpin kuat yang legalis yang mampu mempersatukan bangsa Irak dan membuat hukum yang tegas untuk para pembangkang. Serangan Amerika Serikat ke Irak dalam persepktif Liberalis memang dapat diartikan sebagai upaya pendemokratisasian, namun dalam pandangan realistis yang terbukti nyata justru Amerika Serikat mengejar minyak-minyak Irak yang selama pemerintahan Saddam Hussein sudah dinasionalisasi, termasuk program Saddam menasionalisasi seluruh minyak Arab dari cengkraman pihak asing. Selain itu contoh lain seperti Libya yang dimasa Muamar Khadaffi sudah mampu menasionalisasi minyak Libya justru jatuh kedalam chaos setelah revolusi yang didukung oleh AS atas nama pendemokratisasian. Pendemokratisasian ini sebenarnya adalah alasan palsu bagi Liberalis untuk meluaskan pengaruhnya dan cengkramannya terhadap negara lain. Alasan faktor tersebut dapat juga ditelusuri melaluui sejarah lahirnya ide liberalisme itu sendiri. Ide Liberalisme yang dibawa oleh John Locke pada permulaan abad pencerahan (Renaissance Era) memang menjadi fondasi utama bagi ide-ide Kolonialisme Barat terhadap wilayah Timur dan Benua Amerika, karena melalui Liberalisme bangsa Barat kolonialis merasa memiliki tanggung jawab untuk menyebarkan peradaban dan kebebasan kepada bangsa-bangsa lain yang dianggap barbar atau tidak beradab. Sehingga tidaklah mengherankan apabila Liberalisme pada dasarnya menjadi kunci lahirnya Kolonialisme yang kemudian diikuti oleh Kapitalisme, setelah konsep Kolonialisme tidak hanya mengarah kepada penguasaan secara politis dan budaya, namun juga secara ekonomi yang oleh Neo Kolonialis tetap diikuti hingga saat ini.
 Kedua, kemunafikan dari Liberalis juga terlihat jelas dari ide mengenai free trade atau perdagangan bebas. Perdagangan bebas yang dipropagandakan mereka sebagai jalan terbaik untuk meningkatkan relasi antar negara, justru sesungguhnya menjadi upaya terbaik bagi mencengkramnya kuku-kuku tajam Kapitalisme yang sangat merugikan negara-negara dunia ke-3. Kapitalis-kapitalis asing akan dengan mudah menguasai negara-negara berkembang dan menggusur perekonomian negara tersebut. Kaum Liberalis akan membantah bahwa “hal tersebut mampu diatasi dengan upaya negara-negara berkembang untuk mendongkrak perekonomian mereka”, namun justru kemunafikan mereka semakin terlihat dari pernyataan mereka sendiri. Pada faktanya negara-negara besar yang menganut Liberalisme dan kapitalisme justru menekan negara-negara berkembang dan berusaha sedapat mungkin negara-negara berkembang tidak dapat memacu roda perekonomian mereka agar negara-negara maju tidak merasa tersaingi. Sikap arogansi ini dapat dilihat sendiri dari bagaimana negara Liberalis besar seperti Amerika Serikat selalu bermain dibalik layar mengacaukan negara-negara yang perekonomiannya sedang berkembang pesat agar tidak mampu menyaingi mereka, sebab pada dasarnya kemajuan ekonomi dari negara berkembang akan mengarah kepada kemandirian ekonomi suatu negara, dan apabila kemandirian ekonomi sudah tercapai maka konsep ketergantungan akan runtuh. Ide-ide ketergantungan negara-negara dunia ke-3 terhadap negara-negara maju merupakan ide yang sangat menguntungkan negara-negara kuat, karena dengan konsep ketergantungan tersebut, maka negara-negara Neokolim mampu mengintervensi negara-negara berkembang dari berbagai segi terutama politik dan ekonomi. Bahkan celakanya dengan alasan perdagangan bebas negara-negara Neo Kolonialis juga dapat melemahkan kekuatan suatu negara, di mana negara yang seharusnya mengontrol dengan kuat apa-apa saja yang terdapat diwilayahnya dan menjadi haknya, pada akhirnya menjadi tidak lebih dari sekedar boneka asing dibawah alasan palsu kebebasan.
Dengan demikian dapat kita lihat bahwa perspktif Liberalisme dalam prakteknya bukannya malah menjunjung perdamaian ataupun kesetaraan namun justru memacu konsep kolonialisme model baru yang kita sebut sebagai Neokolim. Neokolim tumbuh dengan sangat subur melalui persepktif ini sebab dari sini dapat membuka peluang sebesar-besarnya bagi negara-negara Liberal untuk melancarkan ekspansi politik dan ekonomi atas nama kebebasan dan perdamaian dunia.

Sumber:
Analisis pribadi mengacur dari berbagai sumber.

2 komentar: