Pertama, perspektif
Liberalisme dalam menyampaikan gagasan mengenai perdamaian dunia terlihat
sangat munafik dan penuh kepalsuan. Dalam pandangan realistisnya, konsep-konsep
yang ditawarkan kaum Liberalis terlihat sangat palsu. Liberalis selalu
menyatakan melalui proses pendemokratisasian maka perdamaian akan tercapai,
namun faktanya, justru pendemokratisasian menghasilkan peperangan yang
berlarut-larut dan intinya bukan membawa perdamaian, seperti contoh negara-negara
seperti Irak sekarang jatuh ke dalam chaos berkepanjangan akibat hilangnya
sosok pemimpin kuat yang legalis yang mampu mempersatukan bangsa Irak dan
membuat hukum yang tegas untuk para pembangkang. Serangan Amerika Serikat ke
Irak dalam persepktif Liberalis memang dapat diartikan sebagai upaya
pendemokratisasian, namun dalam pandangan realistis yang terbukti nyata justru
Amerika Serikat mengejar minyak-minyak Irak yang selama pemerintahan Saddam
Hussein sudah dinasionalisasi, termasuk program Saddam menasionalisasi seluruh
minyak Arab dari cengkraman pihak asing. Selain itu contoh lain seperti Libya
yang dimasa Muamar Khadaffi sudah mampu menasionalisasi minyak Libya justru
jatuh kedalam chaos setelah revolusi
yang didukung oleh AS atas nama pendemokratisasian. Pendemokratisasian ini
sebenarnya adalah alasan palsu bagi Liberalis untuk meluaskan pengaruhnya dan
cengkramannya terhadap negara lain. Alasan faktor tersebut dapat juga
ditelusuri melaluui sejarah lahirnya ide liberalisme itu sendiri. Ide
Liberalisme yang dibawa oleh John Locke pada permulaan abad pencerahan (Renaissance Era) memang menjadi fondasi
utama bagi ide-ide Kolonialisme Barat terhadap wilayah Timur dan Benua Amerika,
karena melalui Liberalisme bangsa Barat kolonialis merasa memiliki tanggung
jawab untuk menyebarkan peradaban dan kebebasan kepada bangsa-bangsa lain yang
dianggap barbar atau tidak beradab. Sehingga tidaklah mengherankan apabila
Liberalisme pada dasarnya menjadi kunci lahirnya Kolonialisme yang kemudian
diikuti oleh Kapitalisme, setelah konsep Kolonialisme tidak hanya mengarah
kepada penguasaan secara politis dan budaya, namun juga secara ekonomi yang
oleh Neo Kolonialis tetap diikuti hingga saat ini.
Kedua, kemunafikan dari Liberalis juga
terlihat jelas dari ide mengenai free
trade atau perdagangan bebas. Perdagangan bebas yang dipropagandakan mereka
sebagai jalan terbaik untuk meningkatkan relasi antar negara, justru
sesungguhnya menjadi upaya terbaik bagi mencengkramnya kuku-kuku tajam
Kapitalisme yang sangat merugikan negara-negara dunia ke-3. Kapitalis-kapitalis
asing akan dengan mudah menguasai negara-negara berkembang dan menggusur
perekonomian negara tersebut. Kaum Liberalis akan membantah bahwa “hal tersebut mampu diatasi dengan upaya
negara-negara berkembang untuk mendongkrak perekonomian mereka”, namun
justru kemunafikan mereka semakin terlihat dari pernyataan mereka sendiri. Pada faktanya negara-negara besar yang
menganut Liberalisme dan kapitalisme justru menekan negara-negara berkembang
dan berusaha sedapat mungkin negara-negara berkembang tidak dapat memacu roda
perekonomian mereka agar negara-negara maju tidak merasa tersaingi. Sikap
arogansi ini dapat dilihat sendiri dari bagaimana negara Liberalis besar
seperti Amerika Serikat selalu bermain dibalik layar mengacaukan negara-negara
yang perekonomiannya sedang berkembang pesat agar tidak mampu menyaingi mereka,
sebab pada dasarnya kemajuan ekonomi dari negara berkembang akan mengarah
kepada kemandirian ekonomi suatu negara, dan apabila kemandirian ekonomi sudah
tercapai maka konsep ketergantungan akan runtuh. Ide-ide ketergantungan negara-negara
dunia ke-3 terhadap negara-negara maju merupakan ide yang sangat menguntungkan
negara-negara kuat, karena dengan konsep ketergantungan tersebut, maka
negara-negara Neokolim mampu mengintervensi negara-negara berkembang dari
berbagai segi terutama politik dan ekonomi. Bahkan celakanya dengan alasan
perdagangan bebas negara-negara Neo Kolonialis juga dapat melemahkan kekuatan
suatu negara, di mana negara yang seharusnya mengontrol dengan kuat apa-apa
saja yang terdapat diwilayahnya dan menjadi haknya, pada akhirnya menjadi tidak
lebih dari sekedar boneka asing dibawah alasan palsu kebebasan.
Dengan demikian dapat
kita lihat bahwa perspktif Liberalisme dalam prakteknya bukannya malah
menjunjung perdamaian ataupun kesetaraan namun justru memacu konsep kolonialisme
model baru yang kita sebut sebagai Neokolim. Neokolim tumbuh dengan sangat
subur melalui persepktif ini sebab dari sini dapat membuka peluang
sebesar-besarnya bagi negara-negara Liberal untuk melancarkan ekspansi politik
dan ekonomi atas nama kebebasan dan perdamaian dunia.
Sumber:
Analisis pribadi mengacur dari berbagai sumber.
post yg sangat bagus,izin share
BalasHapusSalam fasis!! !
BalasHapus