Pages

Jumat, 12 Desember 2014

3 Poin Penting di Dalam Nasional-Sosialisme/Fasisme

Oleh : Byoma Ganendra

Ada 3 poin yang harus dipertegas untuk memahami NS/Fasisme:

1. Nasional-Sosialisme/Fasisme Merupakan Kediktatoran

NS/Fasisme adalah kediktatoran itu benar, namun kita harus mampu membedakan Kediktatoran Ultranasionalis dan Kediktatoran Proletariat. Kediktatoran Ultranasionalis NS/Fasisme bersifat Totalitarian artinya kepentingan bersama dalam bernegara lebih diutamakan.
Banyak sumber yang mengatakan bahwa Kediktatoran adalah buruk namun kita bisa memilah Diktator seperti apa yang kita maksud. Dikator bukanlah Tiran namun Tiran bisa muncul dari pemimpin mana saja bahkan pemimpin paling demokratis sekalipun dapat bepotensi menjadi seorang Tiran. Athena sudah membuktikannya di periode awal keemasan demokrasi Yunani bahwa demokrasi yang dibangun Solon of Athens berubah menjadi Tirani dalam waktu singkat menyisakan pemahaman Plato mengenai pertumbuhan dan perkembangan Demokrasi yang tidak selalu sejalan dengan apa yang kita kira.
Fasisme jelas merupakan Kediktatoran namun Fasisme memiliki modelnya sendiri. Fasisme menolak pemerintahan Kediktatoran Proletariat seperti USSR. Model Kediktatoran Fasisme adalah Autoritaren Fuhrerstaat merupakan suatu wadah penggabungan antara sistem ketidaksamaan dalam Absolutisme dimana tidak ada demokrasi dan juga Republik dimana terdapat sistem kesamaan dan demokrasi.
Tujuan pemerintahan Fasis adalah negara bukan bentuk negara. Hitler menjelaskan itu dalam Mein Kampf bahwa tujuan Nasional Sosialisme adalah bangsa Jerman bukan Kerajaan ataupun Republik. Walau praktek Fasisme khususnya dibidang pemerintahan berbeda dalam tiap-tiap negara besar (Jerman, Italia dan Jepang) namun jelas bahwa tujuan bernegaranya adalah sama. Di Jerman tidak ada Kaisar namun yang adalah adalah Fuhrer yang berkuasa mutlak sebagai penguasa tunggal di Jerman Reich dengan parlemen sebagai badan penasihat. Di Jepang terdapat Kaisar yang berkuasa sebagai penguasa tertinggi dan juga parlemen yang dipimpin Perdana Mentri yang menjalankan tugas atas nama Kaisar. Italia memiliki Raja sebagai kepala negara Italia dan IL Duce sebagai kepala pemerintahan dan Dewan Fasis sebagai badan penasihat. Mereka berbeda namun tujuannya sama.

2. Perekonomian ala Nasional-Sosialisme/Fasisme

Perekonomian di dalam Nasional-Sosialisme/Fasisme didasarkan atas asas sosialisme. Fasisme adalah ideologi sosialis bukan kapitalistik. Sebagaimana yang Fuhrer sudah jelaskan dalam Mein Kampf bahwa gerakan Nasional Sosialis Jerman mendukung kaum buruh Jerman untuk mendapatkan hak-haknya. Di Jepang pada saat yang bersamaan, Fasisme tumbuh dalam suasana yang sedikit berbeda namun tidak jauh daripada Jerman. Jepang tumbuh sebagai kekuatan industrialis namun mereka menentang Kapitalisme karena Kapitalisme telah mengancam dan merusak perekonomian Jepang diawal Restorasi Meiji serta nyaris mengubah karakteristik bangsa Jepang melalui berbagai macam perjanjian internasional yang dinilai memberatkan Jepang.
Sosialisme dalam Fasisme adalah Sosialisme Kebersamaan. Sosialisme tersebut dibangun atas dasar penggabungan antara sifat individualis dan sifat kolektif. Individualis tercermin dari dibiarkannya hak-hak individu berkembang seperti perusahaan swasta. Para pemodal (Kapitalis) diizinkan untuk menggunakan modalnya dan membangun usaha. Meski demikian asas Kolektif tetap tidak dilupakan. Negara memegang peranan penting dalam mengawasi kaum Kapitalis agar tidak tumbuh menjadi Kapitalisme dan mengancam kepentingan kolektif. Dalam hal ini negara berperan besar dalam mengawasi bahkan mengontrol dengan ketat. Kepentingan kolektif yang dimaksud juga berbeda dari kepentingan kolektif dalam Komunisme. Komunisme menekankan bahwa kepentingan kolektif adalah kepentingan kaum proletar sementara Fasisme menyatakan bahwa kepentingan kolektif adalah kepentingan bersama dalam bernegara.
Negara menjamin kepentingan semua golongan dan mengawasi dengan ketat agar kepentingan individu tidak mengalahkan kepentingan bersama dalam negara. Kepentingan utama tetaplah negara. Kaum Kapitalis yang kaya harus membantu kaum proletar yang miskin. Kaum Kapitalis memiliki uang untuk disumbangkan demi kemakmuran negara dan kaum proletar memiliki tenaga untuk diberikan demi memajukan negara. Semua harus berperan aktif dalam pembangunan negara tanpa memandang status. Itulah kehidupan perekonomian Fasisme. Sosialisme namun tidak memandang kelas, dan anti Kapitalisme namun tidak melarang pemodal dan usahaswasta. Selama kepentingan negara terjamin maka negara akan memberi jaminan pula kepada masyarakatnya.

3. Nasional-Sosialisme/Fasisme Tidak Pernah Mengajarkan Rasisme (Diskriminasi Ras/Etnis)

Fasisme tidak rasis. Fasisme memang menekankan bahwa suatu bangsa harus bangga terhadap ras dan budayanya. Namun hal itu tidak berarti rasisme. Kebanggaan yang dimaksud itu artinya adalah bangga terhadap bangsa sendiri dan budaya sendiri. Jangan pernah merasa rendah dihadapan bangsa lain atau itu akan membuat kita menjadi lebih rendah dari bangsa lain, pikirkan terhadap bangsamu.
Ungakapan Deutchaland Uber Alles merupakan ungkapan yang tepat menggambarkan bagaimana bangsa Jerman bangga akan kejermanannya. Bangsa Jerman bangga akan statusnya akan kebudayaannya akan kemampuannya. Bangsa Jerman percaya bahwa mereka selalu berada didepan bangsa-bangsa lainnya. Bermakna bahwa mereka tidak boleh kalah dalam setiap persaingan dengan bangsa lain apakah itu dibidang politik maupun ekonomi.
Banyak negara-negara Fasis lainnya seperti Italia menggunakan istilah Italia Irredenta yang mengungkapkan kebanggaan akan jati diri Italia bahwa dahulu mereka pernah berjaya sebagai suatu Imperium Besar. Siapa yang tidak mengenal Romawi, bangsa yang nyaris mempersatukan duni dibawah panji-panji mereka. Bangsa yang membangun Imperium terbesar dan terlama di dunia yang warisannya dapat dirasakan oleh seluruh dunia hingga saat ini. Itulah legitimasi yang digunakan Fasisme Italia bahwa Irredenta bermakna kejayaan masa lalu Romawi sejalan dengan apa yang dipikirkan Machiavelli mengenai bangsanya berabad-abad silam.
Jepang memiliki istilah Dai Nippon Teikoku (Kekaisaran Jepang Raya) bahwa mereka tidak boleh merasa rendah dihadapan China yang besar, atau Barat yang modern. Namun Dai Nippon Teikoku harus mampu untuk menjadi bangsa besar yang melampaui semua yang pernah memandang remeh terhadapnya. Jepang pernah menjadi makmur dimasa lalu. Ketika Toyotomi Hideyoshi mempersatukan Jepang dan mengakhiri periode Sengoku yang telah mengoyak Jepang selama berabad-abad. Bangsa Jepang mendunia, para pedagangnya berlayar hingga seluruh dunia dengan kode pelayaran segel merah. Perekonomian Jepang bangkit dan perdangangan Jepang dibawah kekuasaan Toyotomi nyaris mengalahkan kongsi dagang Eropa seperti EIC (Inggri)s dan VOC (Belanda). Dibawah Toyotomi Hideyoshi pula, Jepang bergerak keluar, membangun Imperiumnya dengan mengalahkan Dinasti Joseon di Korea walaupun saat itu belum mampu mengalahkan Dinasti Ming di China. Namun itu menjadi pelajaran sejarah berarti bagi Fasisme Jepang untuk membangkitkan kembali semangat juang bangsanya untuk membawa nama besar Jepang ke dunia.
Indonesia juga punya, Indonesia Raya. Tidakkah semboyan itu cukup untuk mengingatkan bahwa Indonesia adalah Imperium Besar dimasa lalu? Bahwa Indonesia Raya bermakna sama dengan Dai Nippon Teikoku, Italia Irredenta atau Deutchland Uber Alles. Indonesia adalah bangsa besar yang pernah berjaya dan kejayaan itu akan menjadi dorongan untuk maju kedepannya. Jerman, Italia dan Jepang menggunakan itu untuk memajukkan negaranya. Untuk memompa semangat juang bangsanya. Bahwa sekalipun tidak boleh mereka merasa rendah atau kalah dari bangsa lain.

2 komentar: